Fakta zaman dulu:
Para pendiri bangsa Indonesia menginginkan generasi setelah mereka tidak melupakan perjuangan rakyat negeri ini dalam meraih kemerdekaan. Kutipan Bung Karno yang terkenal adalah Jas Merah: “Jangan sampai melupakan sejarah”.
Fakta saat ini:
- Kurikulum di bangku sekolah terkesan memposisikan pelajaran Sejarah sebagai “pelajaran hafalan”. Faktanya, banyak lulusan sekolah yang hanya tahu dan hafal teks sejarah (peristiwa, nama tokoh, dll) hanya pada saat mereka duduk di bangku sekolah. Selepas sekolah, lepas pulalah pengetahuannya tersebut. Boleh jadi, pengetahuan “hafalan” tersebut tidak dihayati dan dimaknai dengan sungguh-sungguh, sehingga tak meninggalkan rasa nasionalisme yang diharapkan;
- Dalam budaya masyarakat saat ini, museum atau perpustakaan sejarah bukan menjadi tujuan favorit untuk berlibur/mengisi waktu luang;
- Film adalah produk media yang digemari oleh masyarakat di seluruh dunia, termasuk Indonesia;
- Sinema elektronik (sinetron) Indonesia, dengan segala pro dan kontranya, tetap menjadi tontonan favorit di rumah-rumah penduduk negeri ini.
Bagaimana jika?
Pemerintah mendayagunakan para akademisi bidang Sejarah Indonesia serta generasi muda kreatif dari Sabang sampai Merauke yang sangat banyak dan berbakat untuk mendirikan suatu badan yang orientasi dan visinya adalah “memfilmkan pelajaran Sejarah”.
Harapannya ialah bahwa Sejarah tidak hanya menjadi pelajaran sekolah yang bersifat “hafalan”, tetapi juga meninggalkan kesan karena disampaikan secara menarik dan deskriptif lewat film.
Satu hal yang penting: film tersebut tidak harus berbentuk film kolosal aksi perjuangan zaman dahulu yang berisi perang dan melibatkan banyak pemain (dan tentunya memakan biaya besar), tetapi bisa cukup dengan format film kreatif yang memanfaatkan teknologi saat ini. Contohnya: kartun cerita rakyat, film drama yang mengangkat kisah tokoh-tokoh dalam sejarah, biografi pahlawan nasional, seluk beluk tempat-tempat bersejarah, dll.
Satu hal yang pasti: seluruh isi dari film tersebut harus didasarkan pada riset akademis, atau dengan kata lain hanya berisi fakta sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan.
Jika demikian:
Mungkin rakyat Indonesia akan lebih mengenal dan bangga akan bangsanya sendiri, sehingga setiap aktivitas dan usaha-usaha yang akan dilakukannya di masa mendatang didasarkan pada rasa cintanya pada tanah air.
A Dhany Nugraha